TROUBEL MAKER

Hidup dalam Ruang dan waktu, merupakan sejarah yang paling indah jika kita mampu mendeskripsikannya, dan akan lebi indah, jika segala cerita dan segala kejadian yang terjadi dalam ruang dan waktu tersebut, mampu dikemas dalam sebuah kejujuran...
Kali ini, aku ingin menulis sejarahku dengan kejujuran yang aku miliki.!!!

Ketika aku mulai menyadari bahwa hidup ini akan lebih baik dan indah, jika diwarnai dengan keberanian untuk mengungkapkan kata hati secara merdeka berdasarkan realitas yang terjadi, semangat juangku untuk mengatakan kebenaran sebagai kebenaran dan mengungkapkan kebobrokan sebagai bentuk penghianatan semakin tinggi.
Saat itu, Masa - masa di SMP baru saja usai. Aku masuk di SMA dengan perasaan was-was dan tidak punya keyakinan kuat bahwa aku bisa melewati masa - masa SMA yang akan aku geluti sesuai dengan orang - orang yang telah berhasil menekuninya.
Saat yang ditunggu-tunggu dengan penuh kekhawatirn, akhirnya tiba juga, aku terdaftar di salah satu SMA Swasta yaitu SMA KAtolik St. Gabriel Kab. Nunukan. Saat itu banyak yang mempertanyakan eksistensi keagamaanku, karena aku Terdaftar dan masuk di sekolah yang sangat berlawanan dengan latarbelakang keagamaanku. Tapi bagiku itu ga Soal, Hidup ini harus diwarnai dan aku punya prinsip sesuai apa yang disampaikan Tuhan dalam salah satu ayatnya kalo tidak salah bunyinya seperti ini, "Agamamu, Agamamu, Agamaku, Agamaku", dan dalam ayat tersebut aku menangkap satu hal, "yaitu persoalan keyakinan adalah persoalan individu terhadap Tuhannya dan orang lain tidak boleh ikut campur dalam persolan tersebut". Itu adalah jawaban yang cukup kuat bagiku, jika konsistensi keagamaanku di pertanyakan.
Akhirnya, rutinitas di SMA dimulai, ospekpun dimulai wajah-wajah yang baru ku kenal, semuanya asing dalam tatapku. Dan yang paling mendongkolkan adalah aksi-aksi kakak kelas yang sok tau, dan tidak mau tau.! Entah apa yang mereka inginkan, "Berkedok disiplin, Mereka dengan gayanya membentak dan memarahi siswa-siswa baru termasuk saya, yang cupu dan masih culun-culun, Mereka anggap sebagai Pelajaran kedisiplinan dan Pembentukan mental yang paling baik". Hari itu, aku mulai dendam dan tidak terima dengan perlakuan mereka, bersama beberapa temen - temen yang sependapat dengan ku, aku mengajukan protes dan saat itu tidak banyak yang mendukung aksiku, namun tetap keberanian untuk melawan tidak pudar sedikitpun dan saat itulah awal mula predikat "Troubel Maker" (sipembuat masalah) melekat padaku. Dan Anehnya aku Tidak pernah mempersoalkan predikat itu, namun malah sebaliknya aku jadi senang dan bangga karena mulai saat itu, aku bersama dengan predikat Troubel Maker yang dinobatkan pada diriku, senang mengkritisi kebijakan pemerintahan osis bahkan pihak sekolah yang memang tidak berpihak pada masyarakat sekolah yaitu siswa-siswi.
Atas dukungan kawan-kaawan dan realitas yang aku narasikan dihadapan mereka, aku mulai mengambil alih kekuasaan osis, walaupun saat itu dengan cara pemilihan umum secara demokratis aku sudah yakin akan menang karena dari awal aku dan kawan-kawanku sudah melakukan pencitraan dengan memperlihatkan penghianatan dan kebobrokan pemerintahan osis sebelumnya. Setelah menguasai osis ternyata persoalan ketidak adilan makin terlihat namun kali ini lawan kita dalah pihak sekolah, dan itu tidak mudah, acaman akan dikeluarkan dari sekolahpun berkali-kali terucap, namun sekali lagi aku tidak peduli dengan itu semua, perlawanan tetap ku perlihatkan,dengan semboyan "Diam Tertindas Atau Bangkit Melawan".
Dikucilkan, dan dijelek-jelekkan oleh beberapa kalangan tidak asing lagi mewarnai hari-hariku. Namun itu tidak membuatku gentar, aku terus bergerak dan semakin hari, dukungan kawan-kawanku semkin bertambah, itu salah satu hal yang membuatku kuat.
Mengkritisi kebijakan sekolah yang tidak berpihak pada mayoritas warga sekolah terus kulakukan bersama kawan – kawan yang sepakat dan sependapat dan akhrinya pendiskusian aku dan kawan – kawan meningkat hingga pendiskusian yang melibatkan pemerintah yang memang juga tidak berpihak pada rakyatnya, dan saat itulah kita mulai menentang segala bentuk kebijakan – kebijakan pemerintah yang sangat – sangat tidak berpihak pada rakyatnya.
Samapai akhirnya karena protes – protes yang kami lancarkan, aku dan kawan – kawan digiring ke kantor polisi, juga pernah aku rasakan dan hal itu sangat membuat gelisah orang Tuaku yang akhirnya melemparku dengan panci. Namun semu tidak membuat aku dan kawan – kawan jerah, karena kami yakin ini adalah jalan terbaik yang mesti kita lakukan.!