Rabu, 16 Juni 2010

"GARUDA MALU DIDADAKU"

“Betapah tidak menariknya pemerintahan sekaran”, ungkapa itu pernah hadir dan menghiasi media cetak ternama di negeri ini sekitar 30-an tahun yang lalu. Yaa… “Soe Hok Gie” dialah orang yang mengatakan itu, dan sampai saat ini, bagi saya ungkapan itu relevan hingga saat ini.
Bangsa yang mengaku ramah ini bagi saya sama sekali tidak menampakkan keramahannya pada rakyatnya sendiri, jika dibanding dengan keramahan yang ditunjukkan pada dunia luar.
Dan ironisnya, pancasilah bukan lagi menjadi idiologi yang di genjot untuk diterapkan, namun malah sebaliknya, bagi para petinggi dan kaum intelektual negeri ini, tampaknya lebih senang bersilat lidah dan memperdebatkannya.
Jika berbicara persoalan – persoalan bangasa ini, mungkin akan sangat abstrak bagi sang penguasa, jika ada yang mengatakan bahwa diseluruh kota dan dibawah kibaran sang “Dwi Warna” telah terjadi antrian panjang kemiskinan dan berbagai macam ketimpangan yang sang garuda pun sepertinya sudah bosan, malu dan acuh tak acuh melihatnya, dia buang muka, dan hanya menyaksikannya dengan satu mata dan seakan berkata “Hey…Lima sila didadaku ini, Bukan Hiasan dan Miniatur permainan anak-anak, apa kalian tidak malu memajangku didada kalian, tanpa tau apa sebenarnya aku,.? “aku loh,..malu berada didada kalian.!!!”.
Balik lagi, sesuatu yang sangat abstrak bagi sang penguasa tadi, bagi saya, semua itu terlihat jelas, dan hal ini membawa saya pada sebuah ketidak tahuan dan terus bertanya – tanya “apa sebenarnya yang di inginkan para petinggi negeri ini, dan apa yang menguntungkan bagi mereka, jika tetap menutup diri tentang kemiskinan, pengangguran dan kesewenang – wenangan yang mereka perlihatkan dengan berteriak melalui ceramah dan pidato – pidato yang seloganistik dan seakan – akan mengabarkan bahwa bangasa ini sedang dalam keadaan baik – baik saja, dan kaum mudanyapun rileks – rileks saja dan bahkan apatis terhadap kondisi objektif bangsa dan mayoritas rakyatnya dewasa ini.?!
Belum lama ini dalam sebuah surat kabar, saya membaca sebuah berita tentang ratusan ribu pengangguran yang diciptakan oleh Negara melalui lembaga – lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri di setiap tahunnya.
Persoalan pertama yang menjadi penyembabnya yaitu kurangnya lapangan pekerjaan, yang kedua, buruknya kualitas mahasiswa, yang jelas ini membuktikan buruknya kualitas pendidikan dan lembaga – lebaga pendidikan, yang pada dasarnya harus mampu menciptakan generasi – genarasi baru yang mampu memahami dan menjawab persoalan – persoalan bangasa dewasa ini. Dan yang ketiga yaitu, buruknya perilaku pelaksana sistem pemerintahan yang kerap melakukan praktek – praktek KKN, yang kemudian melahirkan terkikisnya dan hilangnya kepercayaan masyarakat pada pejabat dan petinggi negeri ini diberbagai instansi.
Selain itu ditengah kondisi dan persoalan – persoalan yang begitu kompleks, yang sedang dihadapi oleh bangsa ini, para politisinya malah asyik bersilat lidah dan memperdebatkan persoalan – persoalan yang tidak pokok, kemudian melupakan penderitaan simiskin, sementara dengan sombongnya mereka memeta – metakan NKRI dengan parpol – parpol mereka yang sarat akan kepentingan peribadi dan golongan semata. (“Aku Muak dengan Semua Ini”).
Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah, para kaum itelektualnya, yang masih betengger di Menara Gading, Mereka,..Bukannya berusaha untuk menciptakan pendidikan yang demokratis, ilmiah dan mengabdi pada kepentingan mayoritas rakyat, namun sebaliknya atau entah mengapa, mereka malah bagaikan anak bayi yang tidak tau apa – apa, (mungkin saya akan percaya dengan ungkapan salah seorang dosen, yang mengatakan bahwa sekian persen mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi disetiap tahunnya, belum layak duduk sebagai mahsiswa). Dalam pandangan saya, kebanyakan diantara mereka senang – senang saja dan sangat happy malah, dengan timang – timang disertai lantunan lagu “Nina Bobo” oleh Rezim yang pada kenyataannya hanya berusaha untuk menciptakan Generasi – generasi yang siap kerja dan rela di Upah rendah tanpa menginginkan mereka lahir menjadi manusia - manusia kritis dan mencintai kebebasan ilmiah mereka (Terperangkap dalam penjara Terselubung). (Saya menggambarkan keadaan ini, sama halnya dengan Pesan moral yang dapat saya tangkap dari film “3-Idiot” produksi Hollywood beberapa waktu silam).
Belum lagi karakter mahasiswa yang akhir – akhir ini, terkesan sangat antagonis dan terlihat seperti orang tak bependidikan, yang akhir – akhir ini ramai mewarnai layar kaca kita. Bentrok dan tauran diatara mereka sendiri, kerap terjadi bahkan sesama almamaternya sendiri (sekampus).
Yang lucunya lagi adalah, mereka yang berani memprotes ketidak adilan, menggelar poster dijalanan dan siap berpanas – panasan serta menggelar diskusi dimana – mana, guna mencari penjelasan, mencoba memahami dan mencari solusi terhadap persoalan – persoalan bangsa dewasa ini, mereka semua dianggap sok tau, tidak intelek dan menyesatkan. Siapa yang sebenarnya keliru dalam hal ini, “Begitu besarkah hegemony dan propaganda Rezim selama ini, sehingga dengan mudahnya mampu menggerakkan mind set Generasinya untuk tunduk dan menerima segala persoalan dengan apa adanya, dan sesuai dengan rel yang telah mereka buat walupun pada dasarnya rel tersebut sedang menuju kubangan yang sangat berbahaya. Ataukah malah sebaliknya, “Segitu lemah dan Bodohkah Generasi Baru ini.???”.
Berbicara pemerinthan dan rezim hari ini, maka kita tidak akan lepas dari seluruh aspek pembentuknya, dan hari ini pemuda mahasiswa adalah salah satu tonggak kebangkitan yang seharusnya mampu melakukan perubahan yang fundamental dengan melihat kenyataan objektif bangsa dewasa ini. Dan perntanyaannya Mampukah Mereka.?
Saya jadi teringat kata – kata seorang tokoh yang tidak pernah tua dalam imajinasi saya, dan pemikiran – pemikirannya sangat realistis serta relefan hingga saat ini. Dia adalah “Soe Hok Gie”. Dia pernah bilang bahwa, “Hanya Mereka yang berani menuntut haknya yang pantas mendapatkan dan diberikan keadilan. Dan kalau mahasiswa – mahasiswa Indonesia tidak berani menuntut hak – haknya biarlah mereka ditindas sampai akhir zaman oleh sementara dosen – dosen dan pejabat – pejabat pemerintahan mereka yang korup”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar