Jumat, 25 Juni 2010

PELACURAN INTELEKTUAL

Bukankah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas dan keinginan hati nurani adalah sebuah bentuk pelacuran.??
Mengenai judul ini, saya tertarik dengan tulisan Gie yang diterbitkan di Sinar Harapan 21 April 1969 lalu. Dan jika dikaitkan dengan keadaan objektif hari ini, tidak sedikit saya menjumpai sahabat – sahabat dan teman – teman saya yang tidak ubahnya seperti apa yang dimaksud "Gie" dalam tulisannya tersebut, yaitu Pelacuran Intelektual.
Kebanyakan diatara mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani dan pola pikir mereka. Mereka selalu berbicara dan menjelaskan persoalan – persoalan yang melanggar peraturan dan hukum – hukum yang berlaku namun tanpa mereka sadari, ternyata mereka adalah bagian dari sistem yang kompromis dan sama sekali tidak bertindak terhadap penyelewengan – penyelewengan yang terjadi disekitar mereka. Namun saya tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat saya pada mereka, karena saya sadar bahwa mereka sedang berada dalam situasi yang sulit dan sedang berusaha untuk mencapai hasil – hasil yang maksimal dalam kerja – kerjanya, dan aku percaya bahwa memberikan penilaiaan terhadap situasi seseorang bukanlah hal yang sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Berbicara soal perilaku, kita tidak akan terlepas dari sistem – sistem moral yang berlaku didalam masyarakat. Dalam sistem moral masyarakat kita, saya mengenal dua sistem nilai, yaitu sistem nilai absolut dan sistem nilai relatif.
Dalam masyarakat, mereka yang menggunakan sistem penilaiaan absolut, dalam tindakannya selalu didasarkan pada pertanyaan benar atau salah, dalam artian jika salah tidandakan itu tidak boleh dilakukan, begitupun sebaliknya jika benar, tindakan itu sah – sah saja untuk dilakukan. Sedangkan sistem nilai relatif, adalah sistem penilaiaan yang para penggunanya sangat sadar akan kebenaran dan kesalahan secara teoritis namun dalam setiap pengambilan keputusannya selalu didasarkan oleh pertimbangan yang realistis.
Pada dasarnya sistem nilai dan penilaiaan ini berlawanan, namun keduanya sama – sama memiliki batasan – batasan yang sangat kabur, dalam artian tidak memiliki batasan – batasan yang jelas dalam penerapannya, namun ada satu hal yang harus diperhatikan yaitu, walaupun batasan – batasannya tidak jelas dasarnya, setiap tindakan ini biasanya memiliki motif – motif yang berdiri dibelakangnya dan akhirnya penilaiaan terakhir diputuskan sepenuhnya oleh kata hati sendiri.
Oleh karena itu saya sepakat dengan apa yang dikatakan Gie dalam tulisannya, yaitu “Kita hanya bisa berkata bahwa setiap situasi dan jabatan harus dinilai secara profesional, dalam artian seorang tokoh agama, misalnya pastor, hendaknya dia harus lebih banyak menggunakan sistem nilai absolut walupun tidak mutlak – mutlakan, dan seorang perwira lapangan, hendaknya harus lebih banyak mempertimbangkan nilai – nilai relatif, karena bisa kita bayangkan, apa jadinya sebuah operasi militer jika komandannya bertindak sebagai Pendeta yang maha adil”,..hehehehee....
Namun dalam penerapannya nilai – nilai relatif hendaknya lebih menerapkan ketegasan batasan – batasannya dan jika pada suatu titik batasan – batasa itu dilanggar ia harus berani bertindak lain dan berani keluar dari persoalan itu. Sebab jika tidak dan terlalu fleksibel ia akan tergeret oleh arus.
Itulah sebabnya kenapa sangat sulit bagi saya untuk menilai sikap seseorang, dan terkait dengan judul diatas bagi saya orang – orang yang menggunakan sistem nilai relatif kemudian tidak punya batasan – batasan yang jelas berdasarkan motif yang menjadi baigroud dalam setiap tidandakannya, dia tidak akan pernah bisa konsekwen dan tetap akan seperti pelacur yang tunduk pada telunjuk sang germo.
Buat sahabat – sahabatku dan teman – temanku yang merasa berada dalam situasi sesulit ini, saya mohon maaf, karena saya sudah menetapkan dan memberikan penilaiaan yang tidak berhati – hati dalam pandangan banyak orang, tentang kalian yang oportunis dan plin – plan serta lihai menggunakan alasan – alasan untuk merasionalkan tidandakan – tindakan pengecut kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar