Sabtu, 26 Juni 2010

GENERSI OPORTUNIS

Banyak yangmengatakan bahwa Demonstrasi adalah hal yang tidak baik. Dosen, Guru dan sebagian besar mahasiswa yang membenarkan hal itu juga mengatakan hal yang sama. Sebagai kaum intelektual, mereka itu pura-pura tidak tau atau memang rasionalitasnya sudah terjual dan tergadaikan oleh kekuatan modal, atau bagaimana.?
Aku selalu resah dan gelisah ketika mendengar hal itu, ditengah kondisi bangsa yang carut marut dan hamburadul seperti saat ini, dan ditengah persaingan para elit politiknya yang hanya mementingkan kekuasaan dan kesenangan golongan mereka semata. Apakah kita patut berdiam dan hanya menunggu kiamat datang.?
Mungkin perlu kita ketahui, bahwa demonstrasi adalah sebuah proses pembentukan opini massa dan demonstrasi juga tidak boleh kita lupakan, karena tidak bisa dipungkiri bahwa demonstrasi adalah batu tapal dari perkembangan sejara bangsa Indonesia. Bisa kita bayangkan, jika dalam kondisi bangsa yang seperti saat ini, apa jadinya jika tidak ada suara – suara kritis pemuda – pemuda disamping kiri jalan.? Suda pasti Negara ini tidak ubahnya Negara fasis dan akan jadi tirani yang rakyatnya tetap bodoh dan akan terus dibodohi, karena tidak ada proses pembentukan opini dan pencerdasan politik yang dilakukan pada rakyatnya dan lagi-lagi rakyat hanya akan menjadi dan dijadikan buruh murah atau tenaga – tenaga produktif dengan harga murah.
Sebagai kaum intelegecia, seharusnya kita tidak tinggal diam dalam keadaan seperti saat ini, segala kekuatan harus kita kerahkan untuk terus berjuang dan belajar serta berusaha memahami persoalan-persoalan bangsa dan Negara akhir – akhir ini. Kaum intelegencia yang tarus berdiam dalam keadaan seperti saat ini, tidak lain dan tidak bukan adalah orang – orang yang oportunis.
Menggelar poster dijalanan dan memprotes ketidakadilan. Percaya atau tidak, yang mereka sampaikan adalah kejujuran dan kebenaran. Jujur bahwa mereka mengalami ketidak adilan dan bener bahwa ada kebohongan yang telah ditanamkan dalam proses pembentukan bangsa dan Negara ini.
Memang benar, bahwa dalam proses penyampaian pendapat dimuka umum tidak jarang akhir – akhir ini diwarnai dengan kericuhan dan bentrok yang sulit untuk dikontrol. Namun Saya ingin mengatakan bahwa terjadinya bentrok semacam itu, pada dasarnya itu sudah merupakah hal yang diluar dari proses penyampaiaan pendapat, karena pasti itu terjadi karena kesalahan hal-hal kecil yang menyangkut mekanisme dan teknisi dilapangan. Bisa saja itu bersumber dari para pendemo atau malah sebaliknya yaitu dari para petugas keamanan yang seharusnya menempatkan posisi sebagai pengawal aspirasi rakyat, namun dalam teknisinya dilapangan malah sebaliknya, yaitu petugas keamanan ini malah menjadi benteng tangguh yang menghadang kedatangan rakyat dengan barisan dan senjata yang lengakap, ditambah dengan raut wajah yang seakan – akan melihat setan, dan seakan – akan menempatakan posisi rakyat sebagai preman atau penjajah yang pasti akan berubat buruk. Inikan bisa mempengaruhi psikologis individu – individu yang ada, jadi jangan heran potensi terjadinya kerusuhan sangat besar.
Dalam keadaan yang sudah tercap sebagai budaya ini, ada pertanyaan yang menarik, “Sebenernya siapa yang harus dilayani,.??”. Terciptanya sebuah Negara, itu satu, harus ada rakyat, dan dalam Negara demokrasi rakyat akan memilih siap yang pantas mewakili mereka untuk berhadapan dengan dunia luar. Jadi presiden sekalipun walaupun dia adalah symbol Negara, sejatinya dia adalah wakil dari rakyat, dan segala parangkat pemerintahan seharusnya mengayomi rakyat layaknya raja yang harus mendapat perlakuan dan pelayanan yng baik. Bukan malah sebaliknya, mereka yang digaji oleh rakyat dan bahkan celana dalamnya sekalipun didapatkan dari uang rakyat, malah mempersulit dan membodohi rakyat.
Saya tidak sepakat dengan orang yang mengatakan bahwa demonstrasi bukan merupakan solusi penyampaian pendapat yang tepat, tapi saya juga lebih tidak sepakat dengan bentuk – bentuk penyampaian pendapat yang keluar dari tujuan aslinya., yaitu membentuk opini massa dan propaganda untuk mencerdaskan dan membentuk keadaan social yang mamapu mempengaruhi kesadaran social massa rakyat. Dan satu hal yang paling penting, yaitu bukan merupakan kepentingan politis apalagi ditunggangi oleh kepentingan partai politik tertentu. Tapi semuanya harus murni kerena amanat penderitaan rakyat yang sejatinya telah dilupakan oleh generasi-generasi oportunis yang telah menduduki posisi sebagai wakil rakyat diatas sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar